Mungkin sebagian dari pembaca bertanya-tanya, apa sih arti kepepet itu? Kata ‘kepepet’ berasal dari Bahasa Jawa, yang dalam Bahasa Indonesia berpadan-kata dengan kata ‘terpaksa’. Hanya saja kadar keterpaksaannya itu sudah kebangetan, sudah sangat, sangat, sangaaaaaat terpaksa! Sudah tidak ada pilihan lain, …tidak boleh tidak! Karena suatu kata itu tidak dapat begitu saja pas 100 % diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain, marilah kita pakai saja istilah ini: kepepet !
Istilah ‘the power of kepepet’, saya pinjam dari judul buku yang ditulis oleh Bapak Jaya Setiabudi, seorang motivator bisnis yang masih muda dan energik. Dalam seminar beliau yang saya ikuti, beliau bilang kondisi kepepet yang dialami dalam hidup yang mendorong dirinya gigih menerjuni dunia wira usaha hingga akhirnya menjadi pebisnis muda yang sukses, sekaligus motivator yang handal.
Ada dua kondisi yang membuat orang betindak, yaitu: keinginan yang kuat dan keadaan kepepet. Kalau di sekolah atau di seminar biasanya kita diberi motivasi. Di sekolah kita diberi motivasi oleh bapak /ibu guru: Bahasa Inggris itu sangat penting ! Bahasa Inggris digunakan di seluruh dunia, digunakan di semua bidang! Bahasa Inggris bikin orang gampang cari kerja, dan lain-lain, dan lain-lain. Waktu kita masih berada di dalam ruangan memang bener sih kita manggut-manggut, tanda setuju. Namun kebanyakan dari kita setelah ada di luar ruangan, ‘obat’ yang namanya ‘motivasi’ itu lama-kelamaan menjadi pudar (fading out), lalu hilang. Motivasi itu sifatnya suatu iming-iming. Kita tahu manfaatnya dan tahu itu penting, tapi sering ogah melaksanakannya.
Kalau motivasi masih tidak dapat mengubah diri kita, mungkin diperlukan upaya yang lebih keras. Dongkrak atau doping dengan kondisi kepepet! Dalam kondisi kepepet tidak lagi iming-iming yang diberikan, tetapi pilihan yang tidak boleh tidak. Go or not go! Coba saja kalau di sekolah atau di tempat kerja ada aturan: yang tidak dapat berbahasa Inggris , dipecat ! Dapat dipastikan hampir semua murid atau karyawan bisa berbahasa Inggris, soalnya kepepet (kecuali memang yang sudah gak betah sekolah di situ atau gak betah kerja lagi).
Jadi benar itu, biar dapat berbahasa Inggris diciptakan kondisi kepepet. Dibuat diri kita terpaksa harus melakukannya. Kalau tidak, sering motivasi kalah dengan rasa ogah. Lihat saja mereka yang berkesempatan kerja keluar negeri, sekalipun waktu berangkat mungkin hanya berbekal beberapa kata Bahasa Inggris, tapi ketika pulang langsung cas cis cus ngomongnya. Soalnya di sana dipaksa, kondisinya kepepet.
Ada beberapa cara untuk membuat kondisi kepepet:
1. Cari pacar yang pinter berbahasa Inggris . He…he…he ….
Ini sih cara paling asyik! Apa boleh ya ? Boleh saja, kecuali bagi yang sudah berkeluarga. Khawatir malu atau bahkan dipecat, pasti kepepet belajar.
2. Chatting dengan banyak sahabat di luar negeri
Kalau gak bisa nulis atau ngomong Bahasa Inggris, mau ngomong apa ? Kepepet deh jadinya! Jaman dulu istilahnya punya banyak pen pals atau sahabat pena di luar negeri, komunikasinya pakai surat menyurat.
3. Gabung dengan English speaking community
Kalau sering kumpul dengan kelompok pengguna aktif Bahasa Inggris selain tertular virus ngomong, juga jadi terpaksa. Malu kalau ikut kumpul tetapi bengong.
4. Jalan – jalan ke luar negeri atau meneruskan studi ke luar negeri
Ini kalau punya cukup duit (tetapi kalau pinter bahasa Inggris, sering lho orang dapat
kesempatan berjalan-jalan ke luar negeri gratis).
5. Berantem dengan diri sendiri
Paksa diri sendiri untuk belajar. Kalahkan rasa malas, ogah-ogahan, menunda-nunda dan segala godaan yang sifatnya menghambat. Misalnya paksa diri untuk membaca minimal satu halaman buku per hari atau latihan nulis membuat kalimat satu halaman per hari. Gak enak, memang! Mana ada orang kepepet itu enak. Pahit, tapi manis buahnya.
Nah, itu hanya contoh saja. Idealnya memang kita harus memiliki internal motivation, atau istilahnya motivasi yang timbul dari dalam diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita harus punya niat yang kuat. Ini yang diharapkan oleh bapak / ibu guru tadi, motivasi eksternal ditingkatkan menjadi motivasi internal, punya niat yang kuat untuk bisa. Kalau kita sudah mempunyai niat yang kuat, kita tidak memerlukan orang lain untuk memotivasi diri kita. Self-driven-lah, didorong-dorong oleh diri kita sendiri. Awalnya memang merasa kepepet, tetapi akhirnya senang melakukan. Kita lalu memahami mengapa belajar Bahasa Inggris itu perlu.
Semoga ada manfaatnya.
Selamat belajar!
Posting Komentar